Sukoharjo, RelasiPublik.com – Petani cabai mengalami kerugian akibat tanamannya rusak dan hasil menurun drastis dampak cuaca ekstrem sering hujan deras dan angin. Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo mengakui minat petani Sukoharjo menanam cabai minim karena lebih memilih tanam padi. Sebagai pemenuhan kebutuhan cabai disaat harga mahal warga diminta memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam cabai sendiri dengan pemberdayaan bersama.
Petani cabai asal Desa Ngemplak, Kecamatan Kartasura Widodo, Kamis (18/03/2021) mengatakan tanaman cabai yang ditanam sejak Januari lalu banyak mengalami kerusakan akibat terserang virus dan hama. Kondisi tanaman menjadi rusak seperti daun menjadi keriting dan batang membusuk.
Selain itu kondis diperparah dengan cuaca ekstrem sering hujan deras dan angin kencang. Akibatnya tanaman cabai yang sudah mengeluarkan bunga menjadi rontok. Tanaman cabai yang sudah berbuah cabai menjadi rusak karena busuk setelah terkena air hujan.
“Saya tanam cabai saat musim kemarau tahun lalu hasil panen bagus melimpah dan tidak rusak tapi dipasaran stok melimpah dan harga jual anjlok membuat rugi. Sekarang saat musim hujan saya tanam cabai lagi hasilnya rusak dan panen turun drastis membuat rugi lagi,” ujarnya.
Widodo mengaku tidak kapok menanam cabai meski mengalami kerugian. Tanaman cabai nantinya tetap akan dipilih untuk ditanam karena sawah miliknya tidak mendapat air dari aliran irigasi.
“Sekarang saya persiapan tanam padi mumpung stok air melimpah dari hujan dan mudah mudahan hasil panen baik untuk menutup kerugian tanam cabai sebelumnya,” lanjutnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo Netty Harjianti mengatakan, minat petani menanam cabai di Kabupaten Sukoharjo masih rendah. Hanya ada beberapa petani di sejumlah wilayah yang menanam cabai sebagai tanaman selingan dan bukan pokok. Petani lebih memilih tanaman padi karena melimpahnya stok air dan tingginya keuntungan.
Atas kondisi tersebut maka wajar apabila pemenuhan kebutuhan cabai di Sukoharjo masih mengandalkan pasokan dari petani luar daerah. Seperti kondisi sekarang dimana harga cabai mahal dan belum tertangani. Pedagang menunggu kiriman tambahan stok dari petani luar daerah agar harga bisa turun.
Netty menjelaskan, beberapa wilayah yang ditemukan ada petani menanam cabai seperti di Kecamatan Kartasura, Baki, Gatak, Bendosari dan Polokarto. Cabai ditanam sebagai tanaman selingan oleh petani memanfaatkan selang antara musim hujan dan kemarau.
“Hasil tanaman cabai petani kali ini memang tidak maksimal karena banyak rusak terdampak cuaca ekstrem hujan deras dan angin kencang,” lanjutnya.
Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo sudah berkoordinasi dengan dinas serupa dibeberapa daerah untuk membantu memasok cabai ke Sukoharjo. Hasilnya diketahui dibeberapa daerah segera panen raya cabai dan bisa membantu menambah stok dan menurunkan harga jual dipasaran.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sukoharjo, Sutarmo, mengatakan, harga cabai rawit merah terus naik dan belum ada tanda turun. Sekarang harga cabai rawit merah sebesar Rp 120.000 per kilogram. Kenaikan harga terus terjadi karena terbatasnya stok barang dimiliki pedagang. Disisi lain kiriman dari petani juga turun drastis.
Kenaikan tinggi terjadi dalam satu pekan terakhir sebesar Rp 15.000 per kilogram. Data dari Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sukoharjo mencatat pada 9 Maret lalu harga cabai rawit merah Rp 105.000 per kilogram dan sekarang 17 Maret naik menjadi Rp 120.000 per kilogram.
“Pasokan semakin turun berdampak pada menipisnya stok di pedagang. Akibatnya harga cabai rawit merah terus naik. Sekarang harganya Rp 120.000 per kilogram. Naik Rp 15.000 per kilogram dalam satu pekan sebelumnya hanya Rp 105.000 per kilogram,” ujarnya. (Red)
Discussion about this post