Jateng.relasipublik.com SUKOHARJO — Meningkatnya kasus Covid-19 di wilayah Soloraya, sejumlah ruas jalan utama hampir tidak pernah sepi dari suara sirene ambulan. Kendaraan ini berlalu-lalang sibuk mengantar pasien maupun jenazah, baik pasien/jenazah umum maupun terkonfirmasi Covid-19. Rabu (07/07/21)
Akibat frekuensi melintas ambulan yang cukup tinggi dengan suara sirene, beberapa warga protes mengaku terganggu kenyamanannya dengan suara sirine.
Hal itu diketahui dari beberapa unggahan video di media sosial, ada warga nekat menghentikan ambulan ditengah jalan untuk sekedar memeriksa isinya.
Bahkan ada juga yang berselisih paham. Bukannya menepi saat mendengar suara sirene ambulan, pengemudi kendaraan pribadi justru memaki-maki dan menantang berkelahi driver ambulan gara-gara mengaku terganggu suara sirene.
Seperti dijelaskan Eko Haryanto, salah satu relawan kemanusiaan dari MSE Pasukan Hayap-Hayap, Kartasura yang cukup lama membawa ambulan. Sebagai driver ambulan senior, ia mengaku sudah kenyang pengalaman mendapat intimidasi di jalan saat tengah membawa ambulan.
“Saya pernah dihadang sebuah mobil. Pengemudi mobil itu mengaku terganggu dengan bunyi sirene ambulan saya. Ia tidak mau terima penjelasan bahwa sirene berbunyi tidak hanya saat membawa pasien saja. Saat itu, kami ditunggu pasien, bisa fatal akibatnya kalau terlambat,” jelasnya.
Dari pengalaman pribadi tersebut, ditambah cerita yang hampir sama dari sesama relawan driver ambulan, pria yang akrab dipanggil Mbah Singo ini menyampaikan, ditengah situasi pandemi seperti ini dibutuhkan kesadaran sesama pengguna jalan, khususnya dalam mensikapi keberadaan ambulan dijalan.
“Beberapa hari lalu beredar video kejadian ambulan bersenggolan dengan sebuah mobil. Video itu dishare dengan keterangan ambulan ugal-ugalan di Ngemplak Sukoharjo, padahal sebenarnya di Kudus. Ambulan memang kosong, tapi sedang urgent mencari ruang isolasi pasien dan mencari oxygen,” ujarnya.
Meskipun dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tidak merinci tentang jenis suara sirine, namun menurut Mbah Singo, berdasarkan pelatihan yang didapatnya, suara sirine ambulan memiliki makna berbeda-beda.
“Menjadi driver ambulan itu tidak asal bisa membawa mobil ngebut saja. Di paguyuban driver ambulan Solo Raya, kami rutin mendapat sosialisasi tentang safety driving dan penggunaan sirene. Jadi ada aturan main yang harus dipedomani,” tegasnya.
Dari literatur yang ada, suara sirene dibedakan menjadi empat, yakni Wail, Yelp, Hi-Lo, dan Horn. Masing-masing tadi memiliki kegunaan yang berbeda-beda. Wail digunakan ketika kendaraan berjalan di jalur lurus, Yelp saat berada di persimpangan.
“Kemudian, saat ambulan dalam keadaan kosong mau menjemput pasien jenis suara sirinenya namanya Hi-lo. Ini juga digunakan sebagai kombinasi untuk mendapatkan perhatian yang lebih efektif. Sedangkan Horn digunakan seperti klakson untuk mendapat perhatian pengguna jalan lain,” pungkasnya.(NNG/Nugroho)
Discussion about this post