Relasi Publik, Solo | Puluhan tokoh masyarakat Kota Solo berkumpul menggelar deklarasi nama baru Solo Madani (SM) menjadi Solo Madani Indonesia Jaya (SMIJ) di Lor In Hotel, Minggu (13/6/2021). Dalam acara perkumpulan yang terbentuk sejak 2018 ini sekaligus juga sebagai ajang silaturahmi dan halalbihalal.
Mereka menyatakan diri sebagai kumpulan pejuang dengan komitmen membangun tatanan kehidupan Islami sesuai Pancasila dan UUD 1945.
Duduk sebagai ketua dewan penasehat dan pembina, Tjipto Subadi guru besar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Yusuf Suparno, tokoh Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) sebagai ketua pengurus. Dan juga ada mantan calon Walikota Solo Pilkada 2015, Anung Indro Susanto sebagai ketua bidang sosial dan ekonomi.
Banyaknya pejabat, kepala daerah hingga anggota dewan yang terlibat kasus korupsi menjadi alasan utama terbentuknya SMIJ. Dari rasa keprihatinan itu, mereka menyatukan diri untuk berjuang memperbaiki dengan memberikan landasan dasar agama kepada generasi muda agar memiliki iman yang kuat.
“Ini dulunya adalah kumpulan teman- teman pejuang untuk mencari pemimpin yang berkarakter, berakhlak mulia, baik ditingkat daerah hingga pusat. Selain aktif dalam kegiatan mediasi, nanti ketika Pilkada, kami ingin memunculkan sosok pemimpin yang bisa mengamalkan Pancasila dengan sebenar-sebenarnya,” kata Sekretaris SMIJ, Khoirul Akhyar.
Ditegaskan Khoirul, SMIJ merupakan sebuah gerakan moral bersama untuk mencari calon pemimpin dan calon anggota dewan yang amanah dan benar-benar mencintai rakyat yang memilihnya tanpa membeda-bedakan. Pemimpin dan wakil rakyat diharapkan memberi rasa aman dan nyaman bagi semua golongan agama.
“Tidak ada pertikaian, semua permasalahan diselesaikan dengan cara musyawarah. Perbedaan yang ada bisa disatukan, diminimalisir sehingga masyarakat dapat hidup nyaman didalam perbedaan itu, contohnya seperti di Kota Madinah yang dijuluki, Al Madinah al Munawwarah,” ujarnya.
Sementara, Ustadz Alfian Tanjung yang didaulat menjadi anggota dewan penasehat dan pembina, dalam kesempatan ini menegaskan, pentingnya membenahi akhlak dan mental generasi muda atau kaum milenial dengan menanamkan nilai – nilai dasar agama.
“Suka nggak suka, dalam membangun kekuatan masyarakat itu ada dua segmen besar, perempuan dan generasi muda, atau generasi pemula. Selanjutnya adalah struktur keluarga yang harmonis. Padahal yang begitu, adanya cuma di sinetron” paparnya.
Menurutnya, dalam kehidupan nyata, banyak orang menjadi tokoh begitu dihormati masyarakat, tapi didalam keluarganya sendiri, ia tidak pernah didengar omongannya. Jika itu seorang suami, omongannya tidak pernah didengarkan oleh istrinya sendiri.
“Hari ini banyak orang yang tampil dengan klise, seolah-olah bahagia padahal dia dalam kesendirian hingga sulit mau curhat pada siapa. Kemudian, situasi saat ini kita berada pada satu sistem masyarakat yang telah dibangun oleh Covid-isme. Masyarakat menjadi sedemikian acuh karena terlalu lama tinggal di rumah (dibatasi dalam berinteraksi mencegah penyebaran Covid-19),” sambungnya.
Dampak dari Covid-19, menurutnya telah berpengaruh besar secara sosiologis, terutama di kalangan anak muda. Oleh karenanya sangat penting dilakukan pembinaan dan penanaman dasar pendidikan agama sejak dini.
“Ketika struktur kepribadian terbangun dengan baik, ketika keluarga terlahir dengan harmonisasi lahir dan batin. Ketika kita tidak selesai (membina keluarga) dirumah, tidak selesai dengan diri sendiri, maka jangan harap SMIJ bisa berbuat apa-apa,” tandasnya. (NNG)
Discussion about this post