Karanganyar, RelasiPublik.COM – Keraton Yogyakarta menggelar hajat dalem Labuhan Alit di puncak Gunung Lawu, Karanganyar, Senin (15/3).
Sebelum labuhan diberangkatkan, abdi dalem Keraton Yogyakarta menunjukan ubo rampe yang dilabuh berupa kain batik Kasepuhan dan Kanoman serta apem ke Pemkab Karanganyar lalu menyerahkannya ke juru kunci Gunung Lawu di Rumah Dinas Bupati Karanganyar.
Juru Kunci Gunung Lawu dari Keraton Yogyakarta, KRT Rinto Isworo mengatakan labuhan di Gunung Lawu merupakan upacara adat sebagai wujud rasa syukur juga sebagai upaya permohonan kepada Tuhan dengan cara melarung atau meletakkan barang-barang tertentu di tempat keramat. Prosesi ini dalam rangka peringatan naik tahta raja Keraton Yogyakarta.
“Fungsinya kecuali sebagai panuwun-panyuwun juga napak tilas serta memayu hayuning bawana, artinya melestarikan keseimbangan alam. Napak tilas dilakukan di tempat-tempat labuhan, tempat bersejarah, tempat untuk bertapa, atau berlaku prihatin dari pendiri Mataram yaitu Panembahan Senopati,” ujar KRT Rinto Isworo.
Ubo rampe kasepuhan berupa kain motif batik dengan nama Kampuh Poleng, Dhesthar Bangutulak, dan Peningset Jingga masing-masing satu lembar. Sedangkan ubo rampe Kanoman adalah Nyamping Cangkring, Nyamping Gadhung, Nyamping Teluhwatu, Semekan Dringin, Semekan Songer masing-masing satu lembar, Sela, Ratus, Lisah konyoh satu bungkus dan Yatra Tindih.
Sementara apem merupakan simbol dari wujud meminta ampun kepada Tuhan. Seperti asal kata “Apem” yang berasal dari bahasa Arab “afuwwun” yang berarti pengampunan. Usai diserahkan kepada juru kunci Gunung Lawu, ubo rampe Labuhan Gunung Merapi akan disemayamkan terlebih dahulu di Padepokan Nano Tawangmangu.
“Kami ada enam abdi dalem yang resmi diutus untuk membawa ubo rampe. Namun ada pula abdi dalem dari bagian lain di keraton yang ikut serta,” pungkas KRT Rinto Iswara. (Red)
Discussion about this post