Relasi Publik, Sukoharjo || Langkah antisipasi mencegah kejadian laka perahu wisata terbalik di waduk Kedung Ombo Boyolali tidak terjadi di Sukoharjo, Polres Sukoharjo bersama TNI, Satpol PP dan dinas terkait lain melakukan patroli memastikan keamanan dan kepatuhan penerapan protokol kesehatan (prokes) salah satunya di Embung Pengantin Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo, Senin (17/5/2021) sore.
Kapolsek Mojolaban AKP Mulyanta mewakili Kapolres Sukoharjo, AKBP Bambang Yugo Pamungkas mengatakan, pantauan sekaligus pengecekan dilakukan khususnya memastikan keamanan operasional dua perahu wisata di embung tersebut beserta sarana kelengkapan pendukung lainnya.
“Kami tidak ingin kejadian laka air di Kedung Ombo terjadi disini. Sesuai perintah pimpinan, semua tempat wisata khususnya air jika tidak mematuhi aturan keamanan bagi pengunjung akan ditutup,” tegas Kapolsek.
Untuk pengecekan wisata air, petugas meminta kepada pengelola untuk menunjukkan sejumlah sarana dan prasarana keamanan yang digunakan, diantaranya pelampung bagi setiap penumpang, petugas penyelamat jika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan, dan kelaikan perahu.
“Jika biasanya satu perahu kapasitasnya dapat membawa 20 orang penumpang, maka kami tegaskan kepada pengelola agar dikurangi menjadi maksimal 12 orang. Sesuai prokes harus ada jarak,” tutur Mulyanta didampingi Danramil Mojolaban, Kapten Inf Mustamim.
Kapolsek juga mengingatkan agar tempat cuci tangan yang disediakan disiapkan sabun serta penempatannya mudah dijangkau pengunjung, terutama di pintu masuk obyek wisata.

Sepanjang pemantauan, lanjut Mulyanta, tim gabungan tidak menemukan pelanggaran prokes. Meski tidak banyak pengunjung, namun rata – rata semua tertib memakai masker.
“Dari pantauan kami, pengunjung rata-rata berasal dari warga lokal, yakni dari Solo Baru dan sekitarnya. Sebagian besar hanya tetangga wilayah Solo Raya. Kebetulan ini sedikit pengunjungnya, namun untuk mencegah sebaran virus corona, kami akan terus rutin memantau jangan sampai menimbulkan kerumunan,” tegasnya.
Pengelola embung, Syadimun menyampaikan, sebelum menjadi embung dulunya adalah sawah yang tanahnya dikeruk untuk urug pembangunan saluran irigasi Dam Colo. Karena kondisi tanahnya menjadi cekung akhirnya terisi air hujan dan tidak terawat hingga kemudian dikelola warga menjadi obyek wisata.
“Nama embung pengantin ada sejarahnya sendiri. Pada Tahun 1982 silam ada sepasang pengantin baru yang bermain disini. Mereka meninggal dunia karena tenggelam di embung ini. Sejak itulah tempat ini dinamai embung pengantin. Itu kejadian nyata bukan mitos,” pungkasnya.(NNG)
Discussion about this post